PENDEKATAN ILMU – ILMU KEALAMAN DALAM STUDI ISLAM
Fakta menunjukkan , bahwa sains (dalam
konteks ilmu – ilmu kealaman ) dan agama adalah dua hal yang semakin memainkan
peranan penting dalam kehidupan manusia . Perkembangan sains di dunia modern
tidak berarti menurunnya pengaruh agama dalam kehidupan manusia , sebagai mana
selama ini diprediksi dalam teori sekularisasi. Kecenderungan semakin
menguatnya agama dan sains ini menarik perhatian banyak kalangan ,terutama
berkenaan dengan hubungan antar keduanya . banyaknya pandangan dan doktrin
agama yang tampak bertentangan dengan teori sains modern memungkinkan
terjadinya konflik antara agama dan sains. Contoh kasusnya dapat dilihat pada
eksekusi gereja terhadap Galileo pada abad ke 19 dan perdebatan panjang antara
pendukung teori evolusi dan teori penciptaan menjadi bukti nyata betapa konflik
yang saling menegasikan telah mewarnai hubungan antara sains dan agama. Di
sinilah pentingnya memahami kedua area tersebut agar tidak terjebak pada
pembenaran di satu sisi dan penyalahan di sisi lainnya.
A.
Pendekatan
Ilmu – Ilmu Kealaman Dalam Studi Islam
Salah satu bentuk kekhawatiran kaum agamawan terhadap teori evolusi adalah
pada penafsiran mereka bahwa teori evolusi cenderung meniadakan ruangan bagi
Tuhan. Dengan mengatakan bahwa makhluk hidup, tak terkecuali manusia, muncul
dengan sendirinya melalui seleksi alam (natural selection) yang gradual, peran
Tuhan sebagai pencipta menjadi terusik. Belum lagi pernyataan teori ini tentang
keberadaan makhluk hidup secara tidak sengaja( by chance) bagi kehidupan
makhluk mulai meluntur. Makhluk tidak akan lagi butuh penyelamatan dari Tuhan
dan karena itu agama tidak lagi dibutuhkan. 1
Kajian ini mencoba memperbincangkan
perihal pertautan antara sains yang notabene berada dalam wilayah ilmu- ilmu
alam dan agama yang berada dalam wilayah sakral. Diawali perbincangan ini
dengan mengetengahkan pemikiran John F. Haught yang membagi menjadi empat
pendekatan dalam pengertian ini.
Adapun pendekatan- pendekatan tersebut
yaitu:
1.Pendekatan konflik
Yaitu suatu keyakinan bahwa pada
dasarnya sains dan agama tidak dapat dirujukkan. Menyatakan bahwa agama
dilandaskan pada asumsi- asumsi apriori atau keyakinan, sedangkan sains tidak
mau menerima begitu saja segala sesuatu sebagai benar. Selain itu, agama terlalu
bersandar pada imajinasi liar, sedangkan sains bertumpu pada fakta yang dapat
diamati. Agama terlalu emosional, penuh gairah dan subyektif, sedangkan sains
berusaha untuk tidak memihak, tidak terlalu bergairah, dan obyektif. Berbagai
antitesi ini tampaknya semakin menambah petunjuk bahwa antara sains dan agama terdapat suatu permusuhan timbal
balik yang tidak dapat diatasi.2
2. Pendekatan kontras
Yaitu suatu pernyataan bahwa tidak ada
pertentangan yang sungguh- sungguh karena agama dan sains memberi tanggapan
terhadap masalah yang sangat berbeda. Berpendapat bahwa banyak ilmuwan dan
teolog tidak menemukan adanya pertentangan diantara agama dan sains. Menurut
mereka, masing- masingnya adalah valid meskipun hanya dalam batas ruang lingkup
penyelidikan mereka sendiri yang sudah jelas. Jadi, kita tidak boleh menilai
agama dengan tolak ukur sains, dan sebaliknya, tidak boleh menilai sains dengan
tolak ukur agama. Bagi pendekatan kedua ini, tegas dinyatakan bahwa langkah
yang baik adalah agama dan sains tidak perlu mencampuri urusan satu sama lain.
Sains dan agama merupakan cara pemahaman akan realitas yang benar- benar
terlepas dari satu sama lain sehingga tidak ada artinya sama sekali kalau
dipertentangkan keduanya.
3. Pendekatan kontak
Yaitu suatu pendekatan yang
mengupayakan dialog, interaksi dan kemungkinan adanya”penyesuaian” antara sains
dan agama dan terutama mengupayakan cara- cara bagaimana sains ikut
mempengaruhi pemahaman religius dan teologis.
Pendekatan ini tampaknya lebih mencoba
menggapai kejelasan suatu tahap guna mengupayakan suatu gambaran yang jelas dan
padu perihal pertautan antara sains dan agama . Pendekatan ini mengemukakan
bahwa pengetahuan ilmiah dapat memperluas cakrawala keyakinan religius dan
bahwa perspektif keyakinan religius dapat memperdalam pemahaman kita tentang
alam semesta . Bagi pendekatan ini meyakini bahwa tanpa melakukan campur tangan
ke dalam metode – metode yang khas bagi seorang ilmuwan , keyakinan keagamaan
dapat tumbuh subur di samping sains ,
hal itu terjadi dengan suatu cara yang
sedemikian rupa sehingga keduanya bersama – sama bisa menghasilkan satu makna
bersama , suatu makna yang lebih cerah ketimbang makna yang dapat memberikan
oleh salah satu dari keduanya . Sebagai penegasan lagi bagi pendekatan ini ,
bahwa entah alam semesta ataupun Tuhan , tetapi justru karena alam semesta dan
Tuhan senantiasa terlalu agung untuk dapat dicakup akal budi manusia ,
pemikiran - pemikiran kita , baik dalam
sains maupun agama , juga selalu terbuka untuk diperbaiki . Oleh karena itu ,
sains dan agama bisa saling kontak secara penuh
makna hanya ketika mereka sepakat untuk bermain dengan aturan –
aturannya .
4. Pendekatan konfirmasi
Yaitu suatu perspektif yang lebih
tenang, tetapi sangat penting, perspektif ini menyroyi cara- cara agama pada
tataran yang mendalam, mendukung, dan menghidupkan segala kegiatan ilmiah.
Pendekatan ini menegaskan bahwa
bentuk ‘’konfirmasi’’ sama artinya atau
sejajar dengan ‘’mendukung ‘’ , atau juga ‘’memperkuat’’ satu sama lain . Bagi pendekatan ini , bahwa
alam semesta ini adalah suatu totalitas
yang terbatas , koheren , rasional dan tertata . Memberikan gambaran umum
tentang segala sesuatu yang secara konsisten mendorong pencarian ilmiah akan
membebaskan ilmu pengetahuan itu dari keterkaitan – keterkaitan pada ideologi –
ideologi yang membelenggu . Sains bahkan tidak dapat muncul tanpa mengakar diri
dalam sejenis ‘’keyakinan’’ apriori bahwa alam semesta ini adalah suatu totalitas benda - benda yang
tertata secara rasional . renungkan dan sadari ) bahwa ‘’di luar sana’’ ada
suatu dunia yang nyata . Pendek kata , pandangan pendekatan konfirmasi ini
menegaskan kembali bahwa relasi agama dan sains perlu ditempatkan sebagai fungsi konfirmasi dan kontradiksi . Agama
sangat erat terkait dengan sains tanpa harus melebur dengannya . Implikasi –
implikasi agama bagi sains jauh lebih radikal , dan menyubur kan daripada yang
dimungkinka oleh ketiga pendekatan yang
lain .
Berkaitan dengan studi islam , berbagai
pemaparan tersebut di atas , dapat dikaitkan dengan Al Qur’an Surat Al Imron 190
dan 191 yang menyatakan : ‘’sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda – tanda bagi orang yang
berakal . Yaitu orang - orang yang
mengingat Allah sambil berdiri , duduk , atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : ya
Tuhan kami , tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia – sia . Maha suci
Engkau , peliharalah kami dari siksa neraka.
A. KESIMPULAN
Dari materi tersebut dapat disimpulkan
bahwa ilmu kealaman mempunyai kaitan atau pendekatan dalam studi islam. Antara
ilmu alam atau sains dapat saling kontak secara penuh dengan ilmu kalam atau
ilmu tentang tuhan. Dengan adanya sains atau
ilmiah dapat pula memperluas cakrawala dalam memahami islam. Dalam
memahami ilmu kealaman dalam studi islam ini dapat dilakukan melalui beberapa
pendekatan yaitu melalui pendekatan konflik, pendekatan kontras, pendekatan
kontak, serta pendekatan konfirmasi.
No comments:
Post a Comment