Hello! Comments Pictures

Saturday, April 27, 2013


CARA MUDAH BELAJAR BAHASA ARAB

Tak diragukan lagi, kedudukan Bahasa Arab di dalam Agama ini sangatlah mulia. Allah subhanahu wata’ala telah memberikan keutamaan yang agung kepada Bahasa Arab. Bahasa Arab dijadikan bahasa Al Qur’an, kitab suci kaum muslimin di seluruh dunia, bahasanya para penghuni surga, bahasanya para Nabi, serta keutamaan lainnya. Di samping itu, Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa tertua di dunia yang kaya akan kaidah struktur dan kosa kata. Maka dari itu, tidak sepantasnya seorang muslim mengabaikan salah satu bagian Agama Islam yang penting ini seperti dikatakan Umar Ibnul Khattab radhiyallahu anhu “Pelajarilah bahasa Arab, karena itu merupakan bagian dari agama kalian!”. Bagaimana seorang muslim mampu untuk merasakan lezatnya Al Qur’an dan As Sunnah, jika untuk memahami keduanya saja dia tidak bisa.
Oleh karena itu, tidak sepantasnya kaum muslimin menjauh dari bahasa mulia ini. Bahasa yang menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama hidupnya.Bahasa yang menemani karya-karya para ulama’ yang senantiasa memenuhi lorong-lorong setiap masa sehingga kemurnian agama Islam -walhamdulillah- sampai saat ini masih terjaga serta keutamaan-keutamaan lainnya.
Dari sini, ana sebagai tholabul ‘ilmi merasa perlu untuk berbagi kiat dan cara supaya mudah belajar bahasa Arab meskipun banyak sekali rujukan-rujukan lainnya. Akan tetapi, semoga ini bisa melengkapi apa yang sudah ada.
Diantara kiat-kiat supaya mudah belajar Bahasa Arab adalah :
Pertama,Hendaknya mengikhlaskan niat mempelajarinya hanya karena Allah.
Ikhlas selalu diberi tempat utama oleh para ulama’ sebelum memasuki pembahasan. Ikhlas ini pula yang menjadi hadits pertama dalam Al Arba’in An Nawawiyyah. Maka, sudah selayaknya seorang penuntut ilmu memperhatikan hal ini. Tanamkan pada diri sendiri bahwa kita mempelajari bahasa Arab supaya mengangkat kejahilan yang ada pada diri kita terhadap agama ini, bukan untuk dunia atau semisalnya. Sungguh ikhlas merupakan hal yang berat oleh para salafush shalih terdahulu. Maka ana perlu juga berbagi kiat-kiat supaya ikhlas dalam beramal sebagai nasihat untuk kita bersama, diantaranya :
  • Berdo’a kepada Allah supaya kita dijadikan termasuk orang-orang yang ikhlas karena  Do’a merupakan senjatanya orang-orang mukmin
  • Sebisa mungkin menyembunyikan amalan sebagaimana yang banyak dilakukan oleh generasi salafush shalih terdahulu
  • Memperhatikan amal-amal orang shalih yang sudah mendahului kita, bukan membandingkan dengan orang-orang sezaman karena semua yang masih hidup tidaklah aman dari fitnah.
  • Memandang kecil amal-amal kita sehingga menumbuhkan semangat untuk memperbaiki amalan.
  • Menumbuhkan rasa takut tidak diterimanya amal. Inilah yang senantiasa dikhawatirkan oleh para salafush shalih dalam banyak riwayat.
  • Tidak terpengaruh ucapan orang.
  • Kesadaran bahwa surga dan neraka bukan di tangan manusia, akan tetapi di tangan Allah ‘azza wajalla semata.
  • Selalu mengingat bahwa kelak  di kubur kita akan sendirian. Yang menemani kita hanyalah amal shalih yang ikhlas karena Allah semata.
Itu beberapa kiat supaya ikhlas yang ana kumpulkan dari berbagai kajian. Kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar kita dijadikan Allah termasuk orang-orang yang ikhlas.
Kedua. Hendaknya menyiapkan perbekalan berupa kelancaran membaca tulisan Arab
Tidaklah mungkin seorang akan menjadi lancar berbahasa Arab sedangkan dia masih terbata-bata membaca tulisan Arab. Hal ini sering sekali dijumpai pada sebagian orang tergesa-gesa dalam belajar. Maka selayaknya seorang penuntut ilmu memperhatikan kelancaran dan kefasihan membaca tulisan Arab sehingga hal ini menjadi bekal penting nantinya untuk terjun belajar bahasa Arab.
Ketiga. Hendaknya belajar di bawah bimbingan guru yang ahli di bidangnya.
Hal ini sering menjadi kekeliruan oleh penuntut ilmu apapun ketika belajar tanpa bimbingan guru (otodidak). Hal ini pula yang selalu dinasehatkan oleh para ulama’ supaya menuntut ilmu dibawah bimbingan guru. Sebab, barangsiapa yang menjadikan kitabnya sebagai gurunya, maka dia akan lebih banyak salahnya dari pada benarnya. Hal ini disebabkan karena pemahaman setiap orang berbeda-beda. Contoh gampangnya, ketika ujian kita dapati jawaban satu dengan lainnya tidaklah sama berdasarkan pemahaman murid yang berbeda-beda. Itu pun masih dalam bimbingan guru, maka bagaimana lagi kalau tanpa bimbingan guru? Bagaimana lagi jika yang dipelajari secara otodidak adalah ilmu agama?Tentu dikhawatirkan dia akan sesat dan menyesatkan.
Keempat.Hendaknya seorang yang belajar menghiasi dirinya dengan sabar
Seorang penuntut ilmu terkadang resah melihat dirinya masih saja membahas bab ini sementara teman-temannya yang lain sudah meninggalkannya sedemikian jauh. Maka hendaknya dia sabar dan tidak tergesa-gesa. Sebab, dampak paling buruk dari ketidaksabaran menuntut ilmu adalah dia berpaling dari ilmu tersebut, tidak mau mempelajarinya lagi. Kita bisa lihat teladan-teladan agung para ulama dalam menuntut ilmu yang apabila diceritakan kisah mereka dalam menuntut ilmu niscaya kita merasa takjub, salah satu kunci keberhasilan mereka menuntut ilmu adalah dengan sifat sabar. Al Imam Asy-Syafi’i rahimahullah dengan sabarnya satu malam hanya mengumpulkan faedah dari 1 buah hadits sehingga terkumpul 1000 faedah. Kalau kita, baru seumur jagung dalam belajar bahasa Arab saja sudah berangan angan membaca Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiah, Al Mughni Ibnu Qudamah, dan lainnya.
Kelima. Hendaknya thalabul ‘ilmi bersungguh-sungguh dalam belajar, muraja’ah, dan menjaga ilmu yang telah tertancap pada dirinya.
Kesungguhan merupakan salah satu sebab seseorang berhasil dalam belajar bahasa Arab. Sikap pantang menyerah adalah sikap yang diwariskan oleh para ulama’ kepada manusia setelah generasi mereka. Kita lihat metode yang diwariskan oleh para ulama menuai hasil yang menakjubkan. Al Imam Al Bukhori rahimahullah bolak-balik bangun di malam hari hanya sekedar mencatat hadits yang beliau ingat. Hal ini sebagai bukti semangat beliau dalam penjagaan agama ini. Maka hendaknya hal ini perlu kita perhatikan bersama karena jika semangat seseorang tengah membara kepada suatu hal, apapun akan berusaha dia lakukan demi mendapatkan sesuatu tersebut.
Keenam. Hendaknya seorang yang belajar bahasa Arab memulai dari tingkatan yang paling mudah
Sebab, seorang belajar ibarat menapaki anak tangga. Untuk mencapai anak tangga kelima, dia harus melewati anak tangga pertama sampai keempat. Begitu pula belajar bahasa Arab. Seorang pemula yang baru pertama belajar bahasa Arab, hendaknya juga melalui anak tangga pertama. Kitab yang paling bagus untuk kalangan pemula sebagaimana yang ma’ruf di kalangan thalabul ilmi adalah Kitab Al Muyassar karangan Ust. A. Zakariya. Didalamnya terdapat kaedah-kaedah dasar bahasa Arab yang sangat penting khususnya masalah nahwu. Apabila hal ini telah selesai, maka tingkatan selanjutnya adalah cabang ilmu sharaf. Kitab yang bagus untuk masalah ini adalah kitab Mukhtarot yang dikarang oleh Al Ustadz Ainur Rofiq Ghufron hafizhahullah. Di dalamnya terdapat contoh-contoh tashrif yang sudah mencukupi bagi yang ingin mendalami ilmu tashrif. Di dalamnya juga terdapat kaedah-kaedah nahwu yang sebagiannya tidak ada dalam kitab Al Muyassar. Untuk mengetahui contoh tashrif yang paling lengkap, ada juga kitab Al Amtsilatu At Tashrifah. Dulu kitab ini ana pelajari waktu kecil tapi sekarang sudah tidak ana pelajari.
Terdapat pula rujukan kitab yang bagus dan mudah difahami oleh orang awam yang bisa juga dipelajari oleh pemula ataupun yang sudah belajar muyassar, yaitu kitab Pengantar Mudah Berbahasa Arab yang ditulis oleh Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsari hafizhahullah. Isinya sebagian besar membahas kaedah dasar nahwu, namun ditulis dengan gaya berbeda. Sisi keunggulan kitab ini adalah disisipkannya mutiara-mutiara nasehat para ulama dalam menuntut ilmu pada beberapa halaman. Tujuannya, ketika thalabul ilmi sudah mulai jenuh atau bosan ketika menuntut ilmu, dengan adanya petikan nasehat para ulama tersebut dapat membuatnya semangat kembali.
Setelah kaedah dasar nahwu dan sharaf dikuasai, dapat melangkah ke tingkat lanjutan. Kitab yang bagus dalam masalah ini adalah kitab Mulakhkhos atau kitab Muyassar II. Di dalam kitab Mulakhkhos terdapat rincian yang lebih mendalam yang tidak ada pada kitab-kitab lain baik dalam masalah nahwu ataupun sharaf. Terdapat pula rincian-rincian tentang uslub (gaya bahasa) yang penting untuk memahami bahasa Arab.
Setelah thalabul ilmi telah melewati tahapan-tahapan ini, dia telah memiliki bekal awal untuk bisa membaca kitab gundul. Namun, hal ini kuranglah bermanfaat jika dia tidak mengikuti kajian-kajian yang di dalamnya dibahas kitab-kitab para ulama’. Jika dia menempuh jalan ini maka akan semakin mudah baginya untuk memahami bahasa Arab.
Ketujuh. Memperkaya Kosakata
Terkadang, seseorang sangat mahir dalam membaca kitab gundul. Akan tetapi, ketika ditanya artinya tak satupun yang dia pahami. Maka penting bagi kita untuk memperkaya kosakata serta teknik-teknik penerjemahan yang baik karena itu memerlukan pembelajaran khusus serta latihan khusus. Akan menjadi hal yang percuma jika kita belajar kaedah-kaedah bahasa Arab akan tetapi kita lupa kalau bahasa Arab itu pun memiliki arti dalam bahasa Indonesia.
Kedelapan. Hendaknya seorang yang belajar bahasa Arab terikat dengan Al Qur’an.
Sepintas memang agak tidak nyambung. Tapi tidaklah hal ini ana tulis melainkan telah ana buktikan sebagai metode ampuh dalam membaca kitab gundul. Seseorang ketika membaca kitab gundul ketika tersendat dalam suatu kalimat, tidak tahu ini marfu’ ,manshub, atau majrur, keterikatan dirinya terhadap AL Qur’an terkadang membantunya membacanya dengan benar. Dia akan merasakan sesuatu yang aneh kalau kalimat ini dibaca selain dengan cara ini karena di benaknya terngiang bahwa ada ayat atau hadits yang bunyinya kurang lebih sama dengan kitab gundul ini. Keterikatan terhadap Al Qur’an tidak hanya menentukan kita dapat menetukan i’rabnya, namun juga cara baca harokat kalimat sebelum harokat akhirnya.
Demikian sebatas kiat-kiat yang ana bagikan yang sebagian besar dari pengalaman ana sendiri, semoga kita diberi istiqamah untuk menuntut ilmu hingga akhir hayat.
Wallahu a’lam

No comments:

Post a Comment