FUNGSI TAUHID DALAM KEHIDUPAN MUSLIM
Saat ini, sebagian
masyarakat penganut islam masih belum memahami arti tauhid, sehingga mereka
sesungguhnya masih belum merdeka dan belum mencari status manusiawinya. Dapat
dikatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi
social, dan pelbagai macam kejumudan lainnya yang diderita oleh masyarakat
muslim, sesungguhnya berakar pada kemerosotan tauhid. Oleh karena itu, untuk
melakukan restorasi dan rekonstruksi manusia muslim, baik secara individual
maupun kolektif, tauhid merupakan masalah pertama dan terpenting untuk segera
disegarkan dan diluruskan.
Maka dari itu, fungsi dari tauhid dalam kehidupan
muslim perlu untuk diketahui sehingga manusia akan lebih termotifasi untuk
memahami arti dari tauhid dan akan berusaha untuk menerapkannya pada kehidupan
sosial atau bermasyarakat.
A. Kedudukan Tauhid Dalam Islam
Kedudukan
tauhid dalam ajaran islam adalah paling sentral dan paling esensial. Tauhid
berarti komitmen manusia kepada Allah SWT sebagai focus dari seluruh rasa
hormat, rasa syukur dan sebagai satu- satunya sumber nilai. Apa yang dikendaki
oleh Allah SWT akan menjadi nilai bagi manusia yang bertauhid, dan tidak akan
menerima otoritas dan petunjuk, kecuali otoritas dan petunjuk Allah SWT.
Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta
dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan kepada Tuhan, serta berkemauan keras
untuk menjalankan kehendak-Nya.
Dalam ajaran
islam, tauhid tersimpul dalam kalimat “Laailaahaillallah”
yang artinya “ Tidak ada Tuhan selain Allah”. Dengan mengatakan “
Tidak ada Tuhan selain Allah” seorang manusia-tauhid, memutlakkan Allah SWT
Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau Maha Pencipta ( Tauhidur Rububiyah),
dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya ( Tauhidul
Uluhiyyah). Kalimat tersebut sesungguhnya mengandung nilai pembebasan bagi
manusia. Manusia yang bertauhid mengemban tugas untuk membebaskan manusia dari
penyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT. Dengan bertauhid kepada
Allah SWT, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar
bahwa kedudukannya sama dengan manusia lainnya. Tidak ada manusia yang lebih
superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap manusia adalah hamba
Allah SWT yang berstatus sama, yang membedakannya hanyalah tingkat ketaqwaan
mereka kepada Allah SWT.
Allah SWT
berfirman dalam kitab-Nya :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [٤٩:١٣]
:artinya
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa
diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”. ( QS. Al
Hujraat : 13).
Sementara
itu sebagian masyarakat penganut islam masih belum memahami arti tauhid,
sehingga mereka sesungguhnya masih belum merdeka dan belum mencari status
manusiawinya. Disinilah sebenarnya letak kemerdekaan dari masyarakat muslim
sekarang ini. Dapat dikatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi
intelektual, degenerasi social, dan pelbagai macam kejumudan lainnya yang
diderita oleh masyarakat muslim, sesungguhnya berakar pada kemerosotan tauhid.
Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi manusia muslim,
baik secara individual maupun kolektif, tauhid merupakan masalah pertama dan
terpenting untuk segera disegarkan dan diluruskan.
Suatu hal
yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa komitmen manusia tauhid tidak saja
terbatas pada hubungan vertikalnya dengan Tuhan, melainkan juga mencakup
hubungan horizontal dengan sesama manusia dan seluruh makhluk, dan
hubungan- hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah SWT. Kehendak Allah
SWT ini memberikan visi kepada manusia tauhid untuk membentuk suatu masyarakat
yang mengejar nilai- nilai utama dan mengusahakan tegaknya keadilan social.
Visi ini
dapat memunculkan misi kepada manusia tauhid yaitu manusia tauhid terinfirasi
untuk mengubah dunia disekelilingnya agar sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Misi ini menuntut serangkaian tindakan agar kehendak Allah SWT terwujud menjadi
kenyataan, dan misi ini merupakan bagian integral dari komitmen manusia tauhid
kepada Allah SWT. Misi manusia tauhid untuk mengubah dunia, menegakkan
kebenaran dan keadilan, merealisasikan pelbagai nilai utama, dan memberantas
kerusakan di muka bumi ( fasadul
fil ardi), bukan sekedar suatu derivative, melainkan merupakan bagian
integral dari komitmen manusia tauhid kepada Allah SWT. Dengan misi ini juga
akan terwujud suatu bentuk kehidupan social yang adil dan etis.
B. Fungsi Tauhid Dalam Kehidupan Muslim
Tauhid
mempunyai peranan penting dalam kehidupan umat muslim. Diantara fungsi- fungsi
sosial tauhid dalam kehidupan muslim di era modern adalah :
a.
Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan kepada semua
makhluk.
Sampai
sekarang masih banyak manusia, termasuk umat muslim yang cenderung mengikuti
tradisi dan keyakinan nenek moyangnya. Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang
menyerah dan tunduk begitu saja kepada para pemimpin mereka, tanpa daya piker
kritis serta keberanian untuk mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan
bahwa orang- orang yang tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka
akan kecewa dan mengeluh di hari akhir.
Firman Allah
SWT SWT :
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي
النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا
[٣٣:٦٦]
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا
سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا [٣٣:٦٧]
“Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). Pada
hari ketika muka mereka dibolak-balikan
dalam neraka, mereka berkata:
"Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada
Allah dan taat (pula) kepada
Rasul". ( QS. Al- Ahzaab : 66-67).
Fungsi ini
dirujukkan pada kalimat “LailaahaillAllah SWT” ( tidak ada Tuhan
selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia.
Dengan mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah” berarti seorang
muslim telah memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq atau
ciptaan-Nya. Dan sebenarnya umat muslim mengemban tugas untuk melaksanakan “tahrirunnasi
min ‘ibadatil ‘ibad ila ‘ibadatillahi ” atau membebaskan
manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah Allah SWT semata.
b. Mengajarkan
emansipasi manusia dari nilai- nilai palsu yang bersumber pada hawa nafsu, gila
kekuasaan, dan kesenangan- kesenangan sensual belaka.
Suatu
kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan penumpukan
kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan mendistorsi pikiran jernih.
Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang seperti ini.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ
هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا [٢٥:٤٣]
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ
يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ
هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ
أَضَلُّ سَبِيلًا [٢٥:٤٤]
“Terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai
tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
atau apakah
kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami.
Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih
sesat jalannya (dari binatang ternak itu)”. ( QS. Al-
Furqon :
43-44).
c. Sebagai frame of thought
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maksudnya
ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam menemukan hakikat kebenaran
mengenai segala yang ada di alam semesta ini pada seginya yang abstrak,
potensial, maupun yang konkret. Namun kenyataannya umat muslim sekarang berada
dalam suatu ironi ( keterbalikan) dimana kemiskinan, kelaparan dan kebodohan
belum juga teratasi; jarak antara si kaya dengan si miskin semakin tajam;
keadilan dan kejujuran semakin langka; seta kebenaran semakin mudah direkayasa
di tengah – tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tujuan
ilmu pengetahuan dan teknologi justru demi upaya pembebasan dan memudahkan
manusia ( umat muslim khususnya) dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah
hidup mereka.
d. Menjadikan islam tumbuh sebagai
kekuatan peradaban dunia.
Apabila
tauhid direlasikan dengan ilmu pengetahuan maka dapat menjadikan islam tumbuh
sebagai kekuatan peradaban dunia dan mampu menjembatani wilayah- wilayah
peradaban local menjadi peradaban mondial karena tauhid merupakan paradigma
dari metode ilmiah dalam seluruh wilayah ilmu pengetahuan umat islam. Sebagai
bukti banyak ilmuan kelas dunia yang lahir dari dunia islam dan karya- karyanya
telah menjadi bidan bagi kelahiran ilmu pengetahuan dan peradaban
barat modern.
e. Sebagai
pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran-
ajarannya dilaksanakan secara konsisten.
Dengan
menjadikan tauhid sebagai pegangan dalam hidup, serta merealisasikan perintah
yag ada, maka akan terwujud suatu kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak
terhingga. Karena telah di tanjapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki
kekuatan maupun kekuasaan selain Ilahirabbi.
f. Mengajarkan kepada
umat islam supaya menjadikan Allah SWT sebagai
pusat kesadaran intelektual mereka.
Dengan kata
lain, bahwa semua aktivitas yang dilakukan maupun kejadian yang terjadi
merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna
oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala
hal yang ghoib ( abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang
tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia.
Dengan
diketahuinya fungsi- fungsi tauhid oleh umat islam serta mereka dapat dan mau
mengaplikasikannya dalam kehidupan maka mereka akan menjadi manusia tauhid yang
memiliki cirri-ciri positif, yaitu :
1. Memiliki komitmen utuh pada Tuhannya. Ia
akan berusaha secara maksimal untuk menjalankan pesan dan perintah Allah SWT
sesuai dengan kadar kemampuannya.
2. Menolak pedoman hidup yang
datangnya bukan dari Allah SWT. Dalam kontek masyarakat
manusia, penolakannya berarti emansipasi dan pengembangan kebebasan esensialnya
dari seluruh belenggu buatan manusia, supaya komitmennya pada Allah SWT menjadi
utuh dan kukuh.
3. Bersikap progresif dengan selalu
melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya, adat- istiadatnya, tradisi
dan faham hidupnya. Bila dalam penilaiannya ternyata terdapat unsure- unsure
syirik dalam arti luas, maka ia selalu bersedia untuk berubah dan mengubah hal-
hal itu agar sesuai dengan pesan- pesan Ilahi. Manusia tauhid progresif kareana
ia tidak pernah menolak setiap perubahan yang positif.
4. Tujuan hidupnya sangat jelas. Ibadahnya,
kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah SWT semata. Ia tidak
akan terjerat ke dalam nilai- nilai kekuasaan dan kesenangan hidup tanpa
tujuan.
5. Memiliki visi dan misi yang jelas tentang
kehidupan yang harus dibangunnya bersama manusia lain; suatu kehidupan yang
harmonis antar sesama manusia; dan ia akan terdorong untuk mengubah dunia dan
masyarakat sekelilingnya sehingga semangat untuk berkarya bagi kemaslahatan
umat.
C. Realita
Implementasi Tauhid Sosial Dalam Kehidupan Masyarakat
Konsep awal dari tauhid adalah menempatkan Allah sebagai Rabb. Allah telah
menciptakan alam semesta sebagai khaliq (pencipta), dan kita adalah makhluk
(yang diciptakan). Sehingga, manusia harus tunduk pada penciptanya. Konsep ini
merupakan konsep paling pokok dalam aqidah, sehingga jika seseorang belum
mengimani hal ini, ia tidak dapat dianggap sebagai seorang muslim yang lurus.
Akan tetapi, konsep tauhid dalam tataran yang lebih
luas tidak cukup hanya dengan membenarkan bahwa Allah itu Maha Esa. Tauhid
sejatinya memerlukan manifestasi dalam realitas empiris. Jika tauhid kita
artikan peng-esakan tuhan, maka pengakuan kita bahwa tuhan hanya ada satu dan
artinya kita hanya harus fokus pada satu tuhan, tidak lebih dan tidak kurang,
dan tidak lain hanyalah Allah SWT. Salah satu aplikasi sosialnya adalah tidak
adanya peramal atau dukun, artinya kita hanya percaya pada Allah yang bisa
memberikan pertolongan, bukan dukun atau peramal.
Makna lain dari Tauhid adalah kesetiaan dan ketaatan
kita terhadap Tuhan. Kita bertauhid berarti kita mengikat diri dengan kita
kepda Tuhan, janji untuk taat terhadap segala aturan yang Dia berikan. Kita
tidak bisa dikatakan sebagai orang yang bertauhid ketika kita melanggar janji
kita dengan Tuhan, ketika kita mengingkari perintahny, meskipun kita tetap
percaya dan teguh bahwa Tuhan itu Esa. Artinya, tidak cukup dengan mengesakan
Tuhan tanpa melakukan ibadah-ibadah yang diperintahkanNya, baik ibadah
spiritual maupun sosial.
Tidak bisa kita pungkiri jika saat ini banyak orang
percaya Tuhan itu Esa, mengaku bahwa Muhammad itu Nabi mereka, akan tetapi
mereka tidak pernah sekalipun melakukan penyembahan terhadapNya baik sholat
ataupun puasa atau yang lainnya, mereka juga tidak peka terhadap kehidupan
sekitarnya, mereka tidak menghiraukan ketimpangan-ketimpangan sosial yang
terjadi didekatnya. Hal ini menunjukkan bahwa Tauhid hanya menjadi panjangan
hati saja tanpa implikasi sosial yang berarti.
Makna ini juga mempunyai sisi lain yang dapat dan
harus kita implementasikan dalam kehidupan sosial. Kesetiaan dan ketaatan
adalah sebuah keniscayaan yang harus kita miliki selama kita menginginkan kehidupan
yang tentram. Karena hanya dengan keduanya kita bisa membangun kepercayaan
orang lain terhadap kita. Kita harus setia terhadap aturan dan hukum sosial
yang ada, kita juga harus setia dan taat terhadap segala janji yang kita
ucapkan terhadap orang lain. Ini adalah pondasi kita untuk menggapai
kesejahteraan bersama sebagai makhluk yang oleh Plato disebut Zoon Politicon
atau makhluk yang bermasyarakat.
Jika kita ingat sebuah perkataan Nabi yang menyatakan
bahwa jika kita berjanji lalu kita mengingkari, maka kita masuk dalam golongan
orang-orang munafik. Maka sama dengan hal ini, jika kita tidak setia dan tidak
taat terhadap janji kita dalam ranah sosial, maka itu berarti bahwa kita
“munafik sosial”.
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan di depan dapat diketahui bahwa tauhid mempunyai berbagai macam
fungsi yang dapat memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia, khususnya
umat islam dalam berbagai hal. Dengan menanjapkan kalimat Lailahaillallah dalam
hati maka akan diketahui bahwa segala hal bentuk penyembahan terhadap sesame
manusia merupakan suatu perbuatan yang bisa menduakan Allah SWT serta
mengingkari kekuasaan-Nya, karena Dia lah yang menciptakan segala sesuatunya di
alam ini baik yang ada dilangit maupun yang ada di bumi. Dan apabila itu semua
dapat direalisasikan dalam kehidupan secara konsisten maka akan tercipta
kehidupan yang bahagia tidak hanya di dunia melainkan juga di akhirat.
B. Saran
Dari penjelasan diatas, kita dapat menjadikan
tauhid sebagai landasan dalam kehidupan seorang muslim. Sudah dijelaskan pula
bahwa peranan sosial tauhid sangatlah penting. Maka dari itu baiknya kita
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita dapat menjadi
manusia yang tentram dan bahagia di dunia maupun di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Musthofa
dkk. 2005. Tauhid. Yogyakarta: Pokja Akademik
Rais, Amien
M. 1996. Cakrawala islam : antara cita dan fakta. Bandung : Mizan
‘Al- Qarni, ‘Aidh. 2008. La Tahzan – Jangan
Bersedih. Jakarta : Qishti Press
No comments:
Post a Comment