”LATAR
BELAKANG TIMBULNYA STUDI AKHLAK DAN TASAWUF”.
Tasawuf merupakan
salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek
rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Pembersihan
aspek rohani atau batin ini selanjutnya dikenal sebagai dimensi esoterik dari
diri manusia. Hal ini berbeda dengan aspek Fiqih, khususnya bab thaharah yang
memusatkan perhatian pada pembersihan aspek jasmaniah atau lahiriah yang
selanjutnya disebut sebagai dimensi eksoterik. Islam sebagai agama yang
bersifat universal dan mencaku berbagai jawaban atas berbagai kebutuhan
manusia, selain menghendaki kebersihan lahiriah juga menghendaki kebersihan
batiniah, lantaran penilaian yang sesungguhnya dalam Islam diberikan pada aspek
batinnya. Hal ini misalnya terlihat pada salah satu syarat diterimanya amal
ibadah, yaitu harus disertai niat.
Melalui studi
tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan
diri serta mengamalkannya dengan benar. Dari pengetahuan ini diharapkan ia akan
tampil sebagai orang yang pandai mengendalikan dirinya pada saat berinteraksi
dengan orang lain, atau pada saat melakukan berbagai aktivitas dunia yang
menuntut kejujuran, keikhlasan, tanggung jawab, kepercayaan dan sebagainya.
Dari suasana yang demikian itu, tasawuf diharapkan dapat mengatasi berbagai
penyimpangan moral yang mengambil bentuk seperti manipulasi, korupsi, kolusi,
penyalahgunaan kekuasaan dan kesempatan, penindasan.
Makalah yang
sederhana ini akan dipaparkan beberapa istilah kata-kata kunci seperti tasawuf,
sufi dan tariqat, sumber dan perkembangan pemikiran tasawuf, variasi praktek
tasawuf, pendekatan utama dalam kajian tasawuf, tokoh dan karya utama dalam
kajian tasawuf, hubungan ilmu tasawuf dan filsafat dan perkembangan mutakhir
studi tasawuf.
A.
Pengertian
Akhlak dan Tasawuf
Pengertian
Akhlak:
Secara bahasa akhlak berasal dari kata اخلق – يخلق – اخلاقا artinya perangai, kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah:
Secara bahasa akhlak berasal dari kata اخلق – يخلق – اخلاقا artinya perangai, kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah:
1.
QS. Al- Qalam: 4: وانك لعلى خلق
عظيم
2. QS. Asy-Syu’ara: 137: ان هذا الا خلق الاولين
3. Hadis :انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
2. QS. Asy-Syu’ara: 137: ان هذا الا خلق الاولين
3. Hadis :انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
Menurut
Istilah, akhlak adalah:
1. Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.
2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
1. Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan.
2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ciri
Perbuatan Akhlak:
1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas.
1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas.
Ruang
lingkup Kajian Ilmu Akhlak:
@ Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.
@ Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.
@ Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
@ Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.
@ Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.
@ Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
Manfaat
mempelajari Ilmu Akhlak:
1. Menetapkan criteria perbuatan yang baik dan buruk.
2. Membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
3. Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia.
4. Memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau buruk.
1. Menetapkan criteria perbuatan yang baik dan buruk.
2. Membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
3. Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia.
4. Memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau buruk.
Pengertian
Tasawuf:
Secara bahasa tasawuf berarti:
- saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)
- sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
Secara bahasa tasawuf berarti:
- saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)
- sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
Menurut
Istilah:
1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
Sumber
Ajaran Tasawuf:
1. Unsur Islam:
- Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54), bertaubah dan mensucikan diri (QS> At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya kepada HambaNya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3)
- Hadis Nabi seperti tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal penciptanya.
- Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.
2. Unsur Non Islam:
a. Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah.
b. Yunani: Unsur filsafat tentang masalah ketuhanan.
c. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain.
1. Unsur Islam:
- Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54), bertaubah dan mensucikan diri (QS> At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya kepada HambaNya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3)
- Hadis Nabi seperti tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal penciptanya.
- Praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.
2. Unsur Non Islam:
a. Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah.
b. Yunani: Unsur filsafat tentang masalah ketuhanan.
c. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain.
#Hubungan
Akhlak dengan Tasawuf:
Akhlak
dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan
horizontal antara sesame manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi
vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan
tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.
B. Asal
Usul Timbulnya Studi Akhlak dan Tasawuf
Istilah Sufi baru
muncul kepermukaan pada abad kedua Hijriyah, sebelum itu Kaum muslimin dalam
kurun awal Islam sampai abad pertama Hijriyah belum meneganal istilah tersebut.
Namun bentuk amaliah para Sufi itu tentu sudah ada sejak dari awal kelahiran
Islam itu di bawa oleh Rasulullah Muhammad saw, bahkan sejak manusia
diciptakan.
Sejarah historis
ajaran tasawuf mengalami perkembangan yang sangat pesat, berawal dari upaya
meniru pola kehidupan Rasulullah saw. baik sebelum menjadi Nabi dan terutama
setelah beliau bertugas menjadi Nabi dan Rasul, perilaku dan kepribadian Nabi
Muhammadlah yang dijadikan tauladan utama bagi para sahabat yang kemudian
berkembang menjadi doktrin yang bersifat konseptual. Tasawuf pada masa
Rasulullah saw adalah sifat umum yang terdapat pada hampir seluruh
sahabat-sahabat Nabi tanpa terkecuali.
Pada awal
perkembangan tasawuf, sekitar abad 1 dan ke-2 H, tasawuf ditandai oleh
menonjolnya sifat zuhud. Pada fase inilah muncul zahid muslimyang termasyur di
kota- kota seperti Madinah, Kufah, Basra, Balk, dan juga kawasan Mesir. Mereka
merupakan gerakan yang menginginkan agar kaum muslim hidup secara sederhana,
sebagaimana dicontohkan dalam kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Para ahli sejarah
tasawuf menilai bahwa timbulnya gerakan tersebut tidak terlepas dari kondisi
kehidupan masyarakat-terutama di kalangan istana Bani Umayyah- yang oleh
sahabat dinilai telah menyimpang terlalu jauh dari kehidupan yang diajarkan
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat besar yang saleh dan sederhana.
Di Madinah, Sa’id
bin Musayyab (w. 91 H), murid dan menantu Abu Hurairah ra (salah seorang ahl
as-suffah), mencontohkan hidup zuhud kepada para pengikutnya. Dalam suatu
riwayat disebutkan bahwa suatu kali ia ditawari sejumlah tiga puluh lima ribu
dirham uang perak. Ia menolaknya dan beliau memandang para penguasa Bani
Umayyah-kata Ibnu Khallikan, penulis biografi tokoh-tokoh Islam klasik- sebagai
tiran, sehingga tidak mau membaiat Abdul Malik bin Marwan ketika naik tahta
kerajaan.
Menurut catatan
sejarah dari sahabat Nabi yang pertama sekali melembagakan tasawuf dengan cara
mendirikan madrasah tasawuf adalah Huzaifah bin Al-Yamani, sedangkan Imam Sufi
yang pertama dalam sejarah Islam adalah Hasan Al-Basri (21-110 H) seorang ulama
tabi’in, murid pertama dari Huzaifah Al-Yamani beliau dianggap tokoh sentral
dan yang paling pertama meletakkan dasar metodologi ilmu tasawuf. Hasan
Al-Basri adalah orang yang pertama memperaktekkan, berbicara menguraikan maksud
tasawuf sebagai pembuka jalan generasi berikutnya.
Tasawuf sebagai sebuah disiplin keilmuan Islam, baru muncul pada
abad ke II H/XIII M, atau paling tidak dalam bentuk yang lebih jelas pada abad
ke III H/X M. Namun, sebagai pengalaman spiritual, tasawuf telah ada sejak
adanya manusia, Usianya setua manusia. Semua nabi dan Rasul adalah Sufi, yang
tidak lain adalah manusia sempurna ( insan kamil). Nabi Muhammad adalah Sufi
terbesar karena beliau adalah manusia sempurna yang paling sempurna.
C.
Sejarah
Perkembangan Akhlak dan Tasawuf
Sejarah
Perkembangan Akhlak
Ditelusuri
dari aspek kebangsaan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Akhlak pada bangsa Yunani
• Ditandai dengan munculnya Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana.
• Dasar pemikirannya: rasionalistik, baik dan buruk didasarkan pada pertimbangan akal pikiran. Argumentasinya didasarkan pada filsafat tentang manusia (anthropocentris), terkait dengan kejiwaan manusia. Akhlak adalah sesuatu yang fitri yang ada dalam diri manusia.
• Tokohnya:
- Socrates (469-399 SM): membentuk pola hubungan antara manusia dengan dasar ilmu pengetahuan.
- Plato (427-347 SM): mengemukakan teori contoh, yaitu apa yang terdapat pada lahiriyah sebenarnya telah ada contoh sebelumnya yang ada dalam bayangan dari yang tidak tampak (alam rohani atau alam ide). Teorinya ini terdapat dalam bukunya: Republik.
- Aristoteles (394-322 SM): mengemukakan teori pertengahan; yang baik adalah yang berada di tengah-tengah. Tujuan akhir manusia adalah kebahagiaan. Untuk mencapai kebahagiaan adalah dengan menggunakan ilmu pengetahuan.
1. Akhlak pada bangsa Yunani
• Ditandai dengan munculnya Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana.
• Dasar pemikirannya: rasionalistik, baik dan buruk didasarkan pada pertimbangan akal pikiran. Argumentasinya didasarkan pada filsafat tentang manusia (anthropocentris), terkait dengan kejiwaan manusia. Akhlak adalah sesuatu yang fitri yang ada dalam diri manusia.
• Tokohnya:
- Socrates (469-399 SM): membentuk pola hubungan antara manusia dengan dasar ilmu pengetahuan.
- Plato (427-347 SM): mengemukakan teori contoh, yaitu apa yang terdapat pada lahiriyah sebenarnya telah ada contoh sebelumnya yang ada dalam bayangan dari yang tidak tampak (alam rohani atau alam ide). Teorinya ini terdapat dalam bukunya: Republik.
- Aristoteles (394-322 SM): mengemukakan teori pertengahan; yang baik adalah yang berada di tengah-tengah. Tujuan akhir manusia adalah kebahagiaan. Untuk mencapai kebahagiaan adalah dengan menggunakan ilmu pengetahuan.
2.
Akhlak pada Agama Nasrani
• Dasarnya adalah teocentris, Tuhan adalah sumber akhlak.
• Tuhan yang menentukan dan membentuk patokan akhlak.
• Menekankan pada aspek sufistik (dimensi batin).
• Pendorong kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan kitab Taurat.
• Dasarnya adalah teocentris, Tuhan adalah sumber akhlak.
• Tuhan yang menentukan dan membentuk patokan akhlak.
• Menekankan pada aspek sufistik (dimensi batin).
• Pendorong kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan kitab Taurat.
3.
Akhlak pada bangsa Romawi
• Dibangun berdasarkan perpaduan antara ajaran Yunani (anthropocentris) dengan ajaran Nasrani (Teocentris).
• Tokohnya: Abelard (1079-1142 M) dari Perancis, dan Thomas Aquinas (1226-1274 M) dari Italia.
• Dibangun berdasarkan perpaduan antara ajaran Yunani (anthropocentris) dengan ajaran Nasrani (Teocentris).
• Tokohnya: Abelard (1079-1142 M) dari Perancis, dan Thomas Aquinas (1226-1274 M) dari Italia.
4.
Akhlak pada Agama Islam
• Titik pangkal pada wahyu Tuhan dan akal manusia.
• Al-Qur’an memberi perhatian besar pada pembinaan akhlak.
• Nabi menjadi role model dalam pembinaan akhlak dalam penyebaran Islam.
• Titik pangkal pada wahyu Tuhan dan akal manusia.
• Al-Qur’an memberi perhatian besar pada pembinaan akhlak.
• Nabi menjadi role model dalam pembinaan akhlak dalam penyebaran Islam.
Sejarah
Perkembangan Tasawuf
•
Masa Rasulullah belum ada istilah tasawuf.
• Benih-benih tasawuf ditemukan pada perilaku dan sifat Nabi, seperti ketika berkhalwat di gua hira.
• Kehidupan para sahabat juga mencerminkan kehidupan sebagai sufi seperti sikap zuhud dan qana’ah.
• Masa Tabi’in: ada istilah Nussak, yaitu orang-orang yang menyediakan dirinya untuk beribadah kepada Allah. Tokohnya Hasan Basri, yang benar-benar mempraktekkan tasawuf dengan memunculkan konsep khauf dan raja’.
• Istilah tasawuf muncul pada abad ke 2 H. Kata sufi pertama kali digunakan oleh Abu Hasyim, seorang Zahid dari Syria (w. 780 M). Dia mendirikan Takya, semacam padepokan sufi yang pertama.
• Tasawuf muncul sebagai respon terhadap praktek kehidupan para raja yang penuh dengan kemewahan. Para sufi memperbanyak zikir, zuhud, tadarus al-Qur’an, salat sunnah dan sebagainya. Tasawuf menjadi pengajian yang dipimpin oleh guru sufi.
• Abad ke 3 H: muncul tasawuf yang menonjolkan pemikiran eksklusif (tasawuf falsafi) seperti Al-Hallaj dengan konsep hulul.
• Abad ke 5 H: muncul Al-Ghazali, yang mendasarkan tasawuf hanya pada al-Qur’an dan hadis dan bertujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral.
• Abd ke 6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik para murid seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Rifa’I (w. 570 H), dan Sayid Abdul Qadir Jaelani (w. 651 M).
• Sejak abad ke 6 H muncul perpaduan antara tasawuf akhlaki dengan falsafi dengan tokoh seperti: Suhrawardi Al-Maqtul dan Ibn Arabi.
• Benih-benih tasawuf ditemukan pada perilaku dan sifat Nabi, seperti ketika berkhalwat di gua hira.
• Kehidupan para sahabat juga mencerminkan kehidupan sebagai sufi seperti sikap zuhud dan qana’ah.
• Masa Tabi’in: ada istilah Nussak, yaitu orang-orang yang menyediakan dirinya untuk beribadah kepada Allah. Tokohnya Hasan Basri, yang benar-benar mempraktekkan tasawuf dengan memunculkan konsep khauf dan raja’.
• Istilah tasawuf muncul pada abad ke 2 H. Kata sufi pertama kali digunakan oleh Abu Hasyim, seorang Zahid dari Syria (w. 780 M). Dia mendirikan Takya, semacam padepokan sufi yang pertama.
• Tasawuf muncul sebagai respon terhadap praktek kehidupan para raja yang penuh dengan kemewahan. Para sufi memperbanyak zikir, zuhud, tadarus al-Qur’an, salat sunnah dan sebagainya. Tasawuf menjadi pengajian yang dipimpin oleh guru sufi.
• Abad ke 3 H: muncul tasawuf yang menonjolkan pemikiran eksklusif (tasawuf falsafi) seperti Al-Hallaj dengan konsep hulul.
• Abad ke 5 H: muncul Al-Ghazali, yang mendasarkan tasawuf hanya pada al-Qur’an dan hadis dan bertujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa, dan pembinaan moral.
• Abd ke 6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik para murid seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad Rifa’I (w. 570 H), dan Sayid Abdul Qadir Jaelani (w. 651 M).
• Sejak abad ke 6 H muncul perpaduan antara tasawuf akhlaki dengan falsafi dengan tokoh seperti: Suhrawardi Al-Maqtul dan Ibn Arabi.
BAB III
PENUTUPAN
Tasawuf adalah ilmu yang mengandung ajaran-ajaran tentang
kehidupan keruhanian, kebersihan jiwa, cara-cara membersihkannya dari berbagai
penyakit hati, godaan nafsu, kehidupan duniawi, cara-cara mendekatkan diri
kepada Allah seta fana dalam kekekalan-Nya sehingga sampai kepada pengenalan
hati yang dalam akan Allah. Sufi adalah orang yang menjalankan tasawuf.
Sedangkan tarekat adalah jalan yang ditempuh oleh para sufi untuk dapat
dekat kepada Allah. Thariqah juga mengandung pengertian organisasi.
Para ahli sejarah tasawuf menilai bahwa timbulnya tasawuf tidak
terlepas dari kondisi kehidupan masyarakat-terutama di kalangan istana Bani
Umayyah- yang oleh sahabat dinilai telah menyimpang terlalu jauh dari kehidupan
yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat besar yang saleh dan
sederhana.
Tasawuf bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah walaupun dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh unsur asing. Tasawuf telah berkembang sejak
akhir abad ke dua Hijriah walaupun pada abad pertama hijriyah telah kelihatan
dalam bentuk kehidupan asketis (zuhud) yang dipraktekkan Rasulullah dan para
sahabat.
Berbagai variasi praktek yang dilakukan para sufi dalam tasawuf
seperti tarekat Naqsabandy yaitu dengan melakukan dzikir, suluk 40 hari,
Rabithah dan tidak makan daging dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah.
Tujuan akhir mempelajari ajaran tasawuf adalah untuk mendekatkan
diri kepada Allah ( taqarrub ila Allah) dalam rangka mencapai ridha-Nya, dengan
mujahadah malalui latihan (riyadhah) spiritual dan pembersihan jiwa, atau
hati (tazkiyah al-anfus).
Menurut Adams pendekatan utama dalam kajian tasawuf adalah dengan
pendekatan fenonemologi sedangkan menurut Harun Nasution kajian tasawuf dapat
dilakukan dengan pendekatan tematik.
Tokoh dan karya utama dalam kajian tasawuf diantaranya adalah Imam
Al-Ghazali dengan karya momentalnya Ihya ‘Ulum al-Din, Ibnu Arabi dengan
karyanya Al-Futuhat al- Makkiyah dan Fushush al-Hikam dan lain-lain yang telah
disebutkan sebelumnya.
Perkembangan mutakhir tasawuf bermula dari pemikiran Fazlur Rahman
dengan konsep neo sufisme. Di Indonesia, Hamka telah menampilkan istilah
tasawuf modern dalam bukunya “Tasawuf Modern”. Kalau Al-Ghazali mensyaratkan
uzlah dalam penjelajahan menuju kualitas hakikat, maka Hamka justru menghendaki
agar seorang pencari kebenaran hakiki tetap aktif di berbagai aspek kehidupan
masyarakat.
tnks ya..
ReplyDeletemembantu sekali, tapi warna tulisannya tlong lebih dijelasin /diganti dengan hitam.. soalnya kurang jelas.